Jumat, 17 September 2010

KISAH: Anak Marjinal Menggapai Cita

Keinginanku untuk merubah nasib dan hidupu sudah tak terbendung. Yang ada di pikiranku adalah bagimana mewujudkan semua itu. Yah..,keadaan ekonomi orang tua yang hanya seorang petani miskin, membuat aku harus berpikir seribu kali lipat apakah keinginan dan cita-citaku itu dapat terwujud.


Akhirnya, bermodalkan kenekatan dan kemauan serta motivasi yang tinggi, aku berani mengambil keputusan untuk merantau ke tanah orang dengan berbekal uang Rp.300.000,- dan ijasah SMA. Keinginan dan cita-citaku hanya satu yaitu, melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi.Karena aku berpikir, bahwa nasib dan kehidupanku kelak akan berubah jika aku memiliki modal pendidikan yang dapat di pertaruhkan di pentas kemajuan dunia kerja yang serba instan ini.


Sesampai di tanah orang dengan berbekal uang seadanya dan Ijasah SMA, aku mencoba mencari perguruan tinggi yang cocok dengan kopetensi yang kumiliki, akhirnya aku memilih sebuah Perguruan Tinggi Swasta yang basicnya Teknik. Aku coba mendaftar di PT itu dengan mengambil fakultas Teknik, Program Study Teknik Industri. Lagi-lagi uang kendalanya untuk proses pengurusan administrasi selanjutnya.


Karena, kenekatan dan semangat yang membara untuk mengatasi semua kesulitan yang kuhadapi, aku menjadi kuli bagunan paruh waktu dengan bayaran Rp. 5.000/hari. Aku jalani ini selama kurang lebih satu tahun. Dengan pekerjaanku sebagai kulih bagunan paruh waktu, biaya hidupku di tanah rantau dan biaya kuliahku dapat teratasi, karena biaya kuliahku waktu itu Rp. 350.000/semester.


Memasuki tahun kedua di tanah rantau, aku mencoba mengaduh peruntungan dengan mengikuti tes UMPTN, karena aku berpikir bahwa biaya kuliah di Perguruan Tinggi Negeri relatif lebih murah. Mungkin Tuhan tahu bahwa aku orang marjinal, Tuhan memberikan aku jalan keluar dan kemudahan dengan memberikan aku rejeki kelulusan tes UMPTN dimana aku dinyatakan lulus pada Fakultas MIPA, Program Studi Pendidika Fisika. Aku menangis haru, karena saat pengumuman ini umumkan aku sementara bermandikan keringat, berjibaku dengan campuran beton, karena aku sementara kerja sebagai buruh (kuli) bagunan.


Dalam nada riang aku bersama yang lainnya menuju kampus baruku, kampus yang akan memberikan aku jalan yang semakin pasti dalam menapaki tangga-tangga kehidupanku kelak. Karena, biaya kuliah dikampus baruku Rp. 180.000/semester, aku yakin dengan penghasilanku sebagai buruh bagunan paruh waktu ditambah dengan kerja sampingan lain ( cleaning servise = tukang sapu di jalanan umum) dapat kuatasi dengan mudah.

Bersambung……………..

Tidak ada komentar: