Rabu, 01 Desember 2010

KISAH PILU DIBALIK SENYUM SEORANG GURU

Panggilan menjadi seorang Guru adalah cita-citaku semenjak aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Masih membekas di ingatan kala Guru Kelasku bertanya," Kamu mau jadi apa jika kamu besar nanti?". Dengan penuh semangat tanpa beban ku jawab," mau jadi Guru,Pak". Guruku balik bertanya," Apa alasannya kamu mau menjadi Guru?","Saya mau seperti Bapak Guru, bisa memberi kami pelajaran, bisa membuat kami dari tidak tahu menjadi tahu, dan aku melihat Bapak Guru tahu segala-galanya, saya ingin menjadi seperti Bapak Guru".

Kini.......
Aku sudah menjadi Guru, pertanyaan Guruku terjawabi. Cita-citaku terpenuhi. Keseharianku, aku menjalani kehidupanku sebagai seorang Guru. Guru dimataku dulu adalah guru yang tahu segala sesuatu, namun kini guru yang melekat pada diriku, adalah guru yang harus berpacu dengan waktu . Dalam keseharianku, aku harus berpacu dengan heterokarakter siswa/siswiku. Kadang hatiku terhanyut kala menghadapi siswa yang karakternya sukar dikendalikan. Kadang mereka tak mau tahu dengan keadaannya, padahal Guru selalu mencemaskan mereka melebihi dari apa yang mereka dapati di rumah, namun sayang mereka tak pernah mau menyadarinya.

Pengorbanan waktu dan tenaga adalah bagiam dari pengabdian Guru yang tak pernah mengharap. Nasehat dan doa Guru adalah satu dari cinta terbesar Guru yang tak pernah mengharapkan dibalas. Hanya satu harapan Guru, "Biarkan Senyum Terukir di Bibir Gurumu kala melihat kemajuanmu walau sedikit".

Tidak ada komentar: