Kecakapan untuk menemukan iati diri.
'Personal skills' atau
kecakapan untuk memahami dan menguasai diri sendiri, yaitu suatu kemampuan
berdialog yang perlu dimiliki oleh seseorang untuk dapat mengaktualisasikan
jati diri dan menemukan kepribadian dengan cara menguasai serta merawat
raga dan sukma atau jasmani dan rohani. Oleh
karena itu pada dasarnya personal skills ini mencakup dua .macam kemampuan yang
saling berpengaruh, yaitu kemampuan yang bersifat ragawi atau jasmani atau
'physical' dan kemampuan yang bersifat sukmawi atau rohani atau 'non-physical'.
Kemampuan rohani ini dapat dikategorikan ke dalam tiga cabang kemampuan yang
menyatu sebagai inti kemampuan kalbu yang bermoral pada diri seseorang, yaitu
kemampuan yang bersifat intelektual, yang bersifat emosional, dan yang bersifat
spiritual.
a. Kemampuan
physical
Kemampuan physical dapat digambarkan sebagai kecakapan
seseorang untuk menjaga kesehatan tubuh, raga atau jasmani sebagai tempat
bersemayamnya roh. Orang bijak mengatakan bahwa di dalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang sehat. Kemampuan ini sangat penting untuk dikuasai oleh
setiap orang agar dia dapat melaksanakan tugas dan fungsi untuk bergerak secara
leluasa dan bebas hambatan dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Hasil
dari kemampuan physical ini adalah daya fisikyang prima
pada diri seseorang. Wujud fisik yang prima antara lain adalah dapat menangkal
berbagai kemungkinan datangnya bermacam-macam penyakit yang sewaktu-waktu dan
secara leluasa ingin singgah ke dalam tubuhnya. Untuk itu diperlukan pendidikan
dan latihan-latihan jasmani dan kesehatan. Kalau ada kelemahan, kesulitan atau
hambatan dalam upaya penguasaan 'physical skills', maka titik berat
penanganannya perlu dimintakan bantuan kepada ahli olah raga, ahli kesehatan
atau kepada dokter.
b. Kemampuan
intelektual
Kemampuan intelektual yang
disebut juga kemampuan akal dapat digambarkan sebagai kecakapan seseorang untuk
menguasai cara berdialog dengan ilmu pengetahuan sebagai alat untuk dapat menguak misteri dari
berbagai keberadaan alam fisik dan alam gaib yang telah disediakan oleh Sang
Pencipta. Dengan menguasai ilmu pengetahuan, daya fikir seseorang menjadi
semakin terlatih untuk menemukan sumber kebenaran melalui kemampuan berbahasa,
kemampuan berhitung dan
melihat ruang, kemampuan
menganalisis, dan kemampuan menganalogikan. Kemampuan berbahasa adalah
kemampuan untuk membaca, menulis, mendengarkan, bercerita, mengungkapkan
gagasan dan berkomunikasi. Kemampuan berhitung atau kemampuan matematika adalah
kemampuan untuk memahami angka,
bidang, ruang dan logika. Kemampuan menganalisis adalah kemampuan
untuk menghubungkan secara kritis satu fakta dengan fakta-fakta lainnya. Kemampuan
menganalogikan adalah kemampuan untuk mengambil kesimpulan dan berbagai
informasi yang tersedia. Untuk itu diperlukan pendidikan dan latihan-latihan
berfikir yang benar berdasarkan metode-metode yang telah diakui kesahihannya. Hasil
yang diperoleh dari kecakapan intelektual adalah daya
intelektual, daya nalar atau daya fikir yang
tajam pada diri seseorang yang membuahkan antara lain: munculnya
kemampuan daya kreatifitas untuk memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari, untuk menciptakan berbagai karya seni, untuk mewujudkan
buah pikiran baik secara lisan maupun tertulis, dsb. Kalau ada kelemahan, kesulitan
atau hambatan dalam upaya penguasaan kemampuan intelektual, maka titik berat
penanganannya perlu dimintakan bantuan kepada ahli pendidikan atau kepada guru.
c. Kemampuan
emosional
Kemampuan emosional yang disebut juga kemampuan rasa dapat
digambarkan sebagai kecakapan
seseorang untuk menguasai
cara menghadapi, cara berhubungan atau cara berdialog dengan
perasaannya sendiri sebagai ciptaan Tuhan yang diberi martabat mulia
menjadi khalifah atau wakil Tuhan di planet bumi. Kecakapan untuk berdialog
dengan perasaannya sendiri sangat diperlukan oleh seseorang untuk mampu meredam
keinginan ego yang tidak terbatas dan selalu ingin berkuasa, mampu menata
kekesalan dan kemarahan. Hasil yang diperoleh dari kecakapan untuk
berdialog dengan perasaan
secara umum adalah pemahaman tentang diri sendiri yang
memiliki berbagai macam kelemahan dan kekurangan, akan tetapi juga memiliki beragam
kekuatan dan kelebihan.
Kemampuan emosional
juga dapat menghasilkan daya perasaan pada diri seseorang
yang dapat berwujud antara lain: bercita-cita, bersikap toleran, tidak sombong,
menurut aturan, komitmen yang kuat, rendah hati, menerima kekurangan, perasaan
kasih, perasaan sayang, perasaan cinta, perasaan suka, perasaan duka, perasaan
simpati, perasaan empati, solidaritas, dsb. Untuk itu diperlukan pendidikan dan
latihan perasaan yang disebut olah rasa di dalam diri seseorang yang diharapkan
melengkapi fungsi panca inderanya. Kalau ada kelemahan, kesulitan atau hambatan
dalam upaya penguasaan kemampuan emosional, maka titik berat penanganannya
perlu dimintakan bantuan kepada ahli kejiwaan, kepada psikolog atau kepada
psikiater.
d. Kemampuan
spiritual
Kemampuan spiritual, pertama
dapat digambarkan sebagai kecakapan seseorang untuk menguasai cara menghadapi,
cara berhubungan atau cara berdialog
dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta atau Al-khalik, yang kasih
sayangNya tidak bertepi karena sangat luasnya dan juga tidak berdasar karena
teramat dalamnya, sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kecakapan untuk
berdialog dengan Tuhan melalui penyembahan, melalui berbagai usaha dan upaya
sebagai ibadah, melalui doa, melalui keikhlasan untuk menurut kepada aturanNya,
baik yang berupa perintah maupun yang berupa larangan, mensyukuri berbagai
karunia yang telah diterima, bersabar untuk menerima cobaan yang dialami dalam
kehidupan, dan bersikap tawakkal atas semua ketentuanNya, sangat diperlukan
oleh seseorang untuk memperoleh ridho Tuhan. Kedua sebagai kecakapan
untuk berdialog dengan ayat-ayat Tuhan baik
yang tertulis di dalam Kitab-kitab Suci maupun yang tidak tertulis pada semua
wujud ciptaanNya. Dalam bahasa sehari-hari kecakapan untuk berdialog agar dapat
memperoleh ridho dari Sang Pencipta ini disebut sebagai kemampuan untuk hablun
minallah. Hasil yang diperoleh dari kecakapan spiritual adalah daya
spiritual pada diri seseorang sehingga mampu berdzikir, yaitu ingat
kepada Tuhan yang dapat berwujud antara lain dalam iman, doa, syukur, sabar,
tawakkal, ketulus ikhlasan, optimisme, idealisme, dedikasi, kerja keras,
menerima kegagalan, menghayati perhatian dan pengawasan Tuhan.
menaruh pengharapan kepada Tuhan, berpikir untuk jangka panjang, dsb. Kalau ada
kelemahan, kesulitan atau hambatan dalam mengembangkan kemampuan spiritual,
maka titik berat penanganannya perlu dimintakan bantuan kepada ahli keagamaan
atau kepada rohaniwan. Keseimbangan yang terpadu melebur dan menyatu antara
kemampuan intelektual, kemampuan emosional dan kemampuan spiritual itulah yang
dapat menghasilkan inti nilai-nilai moral yang tercermin pada diri seseorang
sebagai kalbu yang bermoral.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar