Jumat, 22 Oktober 2010

PERMENUNGAN DIRI

Dalam keheningan, kita bertanya….pada siapa mestinya kita berharap? Pada siapa kita mesti bersandar? Setelah segala waktu, kesempatan, dan segala yang kita dapat dalam hidup dan kehidupan ini ? Terkadang, kita terbuai dengan semua tawaran-tawaran yang ada yang ternyata hanya semu dan tak abadi.

Dalam kelemahan diri, kita mesti berkaca….untuk apa semua yang kita dapat, yang kita raih dalam hidup ini? Bukanlah apa-apanya yang perlu dibanggakan, karena kesemuanya itu adalah sebuah anugerah dari suatu usaha sebagai manusia yang sudah semestinya berjuang karena memang kita sudah ditakdirkan sejak zaman Adam dan Hawa?

Dalam kerendahan hati, kita mesti bertanya……sampai kapan aku harus menjadi topeng bagi diriku sendiri? Aku harus sembunyi di balik kerapuhan diri yang sewaktu-waktu dapat membuatku terjebak dalam situasi keangkuhan dan kesombongan diri yang ternyata aku berasal dari manusia yang sama dimana dibentuk dari bongkahan debu tanah ?

Dalam kesadaran diri, kita mesti berucap……jika waktu adalah soal kualitas dan bukan kuantitas, seperti cahaya malam yang menaungi pepohonan, saat bulan naik dan menyisir garis-garis pohon, waktu hadir, tetapi tak bisa diukur, sehingga segala peristiwa-peristiwa yang terjadi perlu dicatat untuk menjadi arahan hidup dalam menapaki tangga-tangga kehidupan selanjutnya.

Tidak ada komentar: